Teruntuk Bandung,
Apa kabarnya kawan ?
Setahun sudah lewat sejak surat pertamaku untukmu.
Mungkin surat tertulis, karena di luar surat tertulis itu sudah banyak kata - kata yang kuucapkan untukmu.
Seperti setahun yang lalu kamu tampaknya masih sakit.
Sekilas tidak terlihat seperti itu.
Semua orang masih beraktifitas seperti biasa, anak sekolah di pagi hari disusul dengan para pekerja.
Diselingi dengan orang -orang lainnya.
Para wisatawan yang selalu setia menghampirimu bahkan saat kami, orang - orang yang telah hidup lama denganmu, merasa penat dengan segala masalah transportasi di sini.
Bagaimana rasanya melihat pohon - pohon yang ditebangi hanya untuk melihat perumahan - perumahan yang muncul karena ada orang - orang yang membutuhkan tempat untuk berteduh ?
Melihat sampah - sampah yang terjatuh karena tidak ada tempat untuknya dan banyak orang yang tidak mau bersusah payah untuk membuangnya.
Melihat angkutan kota yang semakin kesepian karena penumpangnya saat ini lebih memilih jenis kendaraan lain.
Melihat jalan - jalan yang sepi dan tidak pernah tahu kejahatan apa yang selanjutnya dapat terjadi kepada kita.
Kamu semakin sakit namun masih bisa disembuhkan.
Ada dokter - dokter yang mungkin tidak bergelar dalam wujud orang - orang yang peduli.
Ada perawat - perawat yang tak mengenal waktu dengan segala komunitasnya untuk menunjukkan bahwa kota ini berjuang untuk sembuh.
Ada langkah - langkah kaki dengan tawa ceria di gelap malam yang menandakan kota ini masih hidup.
Setahun dari sekarang mungkin akan ada surat lagi, mungkin dariku atau juga dari orang lain.
Semoga kamu sudah lebih baik pada saat itu.
Setahun itu waktu yang lama.
No comments:
Post a Comment