Thursday, February 07, 2013

Benci tapi Cinta

Judul surat ini mungkin terdengar seperti judul lagu tahun 1980an.
Tapi memang cukup tepat menurutku untuk menggambarkan tentang angkot.

Ya betul, angkot.

Saya beruntung tinggal di Bandung.
Bisa dibilang bahwa salah satu kota yang transportasi publiknya cukup beragam.
Di sini ada becak, delman atau andong atau sado, ojek, angkot (angkutan kota), bus, mikro bus.
Dan memang, angkot adalah salah satu transportasi favorit saya, dulu.

Sejak beberapa tahun terakhir ini populasi angkot mulai dilewati oleh populasi sepeda motor.
Jadi angkot - angkot yang dulu merajai jalanan kota Bandung tiba- tiba mulai punah.
Sebenarnya tidak punah juga, tapi semakin berkurang.
Bayangkan di tengah ramainya orang - orang yang akan berangkat atau pulang kerja, sekolah dan berbagai macam aktifitas lainnya anda pasti bisa menemukan angkot yang isi penumpangnya hanya 2 atau 3 orang. Kadang - kadang malah sampai kosong sama sekali.

Kembali ke topik semula, surat benci tapi cinta ini ditujukan buat angkot.
Angkot yang sangat dicinta karena saya bisa duduk tenang di dalamnya, menambah jam tidur saya tanpa harus dipusingkan dengan keadaan lalu lintas yang sudah sangat semrawut.

Angkot yang kadang - kadang harus dibenci karena di saat saya sudah sangat - sangat terlambat kadang - kadang sang sopir tidak mamu memberangkatkan angkotnya.
Saat saya melihat sekeliling ternyata masih ada 1 kursi kosong yang belum terisi penumpang.
?
Hanya karena 1 kursi kosong dana kita harus menunggu ? Istilah di Bandung adalah ngetem.

Kembali lagi harus dibenci ketika sang supir ngetem dengan indahnya di tempat - tempat tertentu dan kembali juga saya melihat ke sekeliling dan tidak melihat calon penumpang.
Pak supir, tampaknya anda punya indera ke enam.

Dibenci lagi ketika kita mengharapkan angkot akan berjalan dengan mulus sang supir tiba - tiba menghentikan kendaraannya karena melihat ada calon penumpang yang sedang keluar dari sebuah gang, padahal belum tentu penumpang tersebut mau naik angkot jurusan tersebut.
Bahkan kadang - kadang ketika calon penumpang sudah memberikan tanda - tanda tidak akan naik,sang supir masih juga berhenti tepat di depan calon penumpang tersebut dan bertanya mau kemana.

Tapi masih tetap dicinta. Beberapa angkot beroperasi 24 jam.
Bayangkan, saat saya pulang jam 3 subuh, berdiri di pinggir jalan dan ada angkot yang berhenti untuk membawa saya pulang.

Buat angkot, semoga kamu cepat kembali seperti semula.
Bisa bawa penumpang banyak, dengan aman dan nyaman.
Orang - orang lebih memilih naik angkot dari pada menggunakan kendaraan pribadi.

Sehingga Bandung bisa menjadi kota yang lebih manusiawi lagi bagi warganya.

No comments:

Post a Comment